Suara TV di belakang saya sungguh mengganggu. Musik yang keluar sangat menyayat hati saya. Belum lagi reportase langsung dari titik-titik bencana hebat yang terjadi berdekatan. Agak sedikit tidak tega menatap layar TV.
Jakarta.. Mentawai.. Merapi..
Banjir.. Macet.. Gempa.. Tsunami.. Letusan..
Beruntun.. Menyakitkan.. Menyengsarakan..
Saya memang tidak memasang gambar ini sebagai profile picture di BBM saya. Saya memang tidak ikut-ikutan memasang hastag #prayforindonesia di akun twitter saya. Tapi jauh dalam lubuk hati saya, tanpa perlu orang lain tahu, saya tetap ikut mendo'akan yang terbaik untuk Indonesia.
Awalnya sih saya terancam tidak bisa menikmati perayaan ulang tahun DI Yogyakarta kali ini. Gara-gara saya terlanjur (dengan sangat PD) mendaftarkan diri untuk ikuti acara Canon Photo Marathon di Jakarta. Tapi karena suatu hal, saat last minute mau berangkat mendadak keluar keputusan, "batal ajalah ke Jakarta". Oke deh.. Sempet sih kecewa. Masalahnya Canon Photo Marathon juga event setahun sekali dengan peserta dari seluruh Indonesia, yang juri-jurinya fotografer 'serem-serem' semua. Terlepas dari hadiah yang super menggiurkan, saya dan pacar saya berharap dapat banyak ilmu, link, dan teman lewat Canon Photo Marathon ini. Ya sudahlah.. Tahun depan harus bisa ikut..!! Merdeka..!! Amin..!
Canon Photo Marathon 2010 lewat sudah. Untung ada obat sakit hatinya. Bisa nonton Jogja Java Carnival 2010. Tahun lalu saya dan pacar saya rela desek-desekan, manjat-manjat, demi melihat ratusan orang berbaris rapi menampilkan atraksi, kostum-kostum unik, mobil yang didekorasi, dan semuanya yang bikin mulut menganga karena kagum. Tahun ini saya dan pacar saya sebagai penonton dan pemburu foto berharap bisa mendapatkan sesuatu yang lebih mengagumkan dari tahun lalu.
Tapi ternyata harapan tinggal harapan. Saya kecewa dua kali lipat. Kecewa batal ikut Canon Photo Marathon, dan kecewa karena Jogja Java Carnival kali ini payah (setidaknya menurut saya). Chaos, sumpek, bau, dan yang bisa dilihat atau dipotret nggak sebanyak tahun lalu.
Penonton tahun ini terasa jauuuuuh lebih banyak dari tahun lalu. Hal bagus sebenarnya. Tapi sayangnya, mungkin 70% penonton yang tumpah ruah di sepanjanng Jalan Malioboro itu kurang bisa diajak tertib. Belum lagi para manusia-pembawa-kamera-yang-belum-bisa-disebut-sebagai-fotografer (mari disingkat menjadi MPKYBBDSF) yang sibuk ndusel kesana kemari berebut tempat strategis demi mendapat foto yang bagus. Saya dan pacar saya juga termasuk sih. Hehe..
Menurut saya, rombongan pawai tahun ini lebih sedikit dari tahun kemarin. Yang ditampilkan juga kurang beragam. Jauuuuh lebih seru tahun lalu. Belum lagi jarak antara rombongan pawai agak terlalu jauh, dan ada beberapa rombongan terutama bagian mobil-mobil yang jalannya terlalu cepat. Pawai apa balapan?
Tahun lalu rasanya mengabadikan momen Jogja Java Carnival jauh lebih mudah. Tahun ini butuh sedikit perjuangan. Jumlah MPKYBBDSF melimpah ruah. Alhasil, mau ambil satu foto saja rasanya bagai berebut zakat. Belum lagi kami para MPKYBBDSF ini harus berebut tempat dengan penonton umum. Saya sempat kejepit. Bener-bener kejepit di tengah-tengah gerombolan penonton, dengan tangan kanan yang sedang membawa kamera agak mengacung ke atas. Pegel, dan bau orang-orangnya yang menjepit saya itu luaaaarrrrr biasa..!!! Lalu saya dan beberapa teman pemburu foto lain sukses didamprat, diomelin, plus didorong 2 ibu-ibu gara-gara dianggap menghalangi pandangan. Saya pribadi sempet merasa keseeeeel banget sekesel-keselnya umat manusia gara-gara ada dua sosok ibu-ibu yang sibuk mengomentari usaha kami para MPKYBBDSF yang sibuk motret kesana-kemari dengan komentar super pedas. Plus celetukan yang kalau dalam Bahasa Indonesia kurang lebih berbunyi: "INI NGAPAIN SIH YA, PADA BAWA KAMERA GEDE-GEDE SEGALA???!!!", "INI NGAPAIN SIH PADA MOTRET-MOTRET SEGALA???!!!" Oh, yeah.. Sebaiknya Ibu pulang saja. Nonton lewat TVRI. (-_-")
Oya, disini ada beberapa foto hasil jepretan saya kemarin. Foto mentah, seadanya banget, belum di retouch sama sekali. Beberapa foto diambil pakai Canon EOS 7D, dan yang lain pakai Nikon D80. Jangan heran kalau ketajaman warnanya agak-agak beda.
Anyway, Selamat Ulang Tahun Jogjaku..
Doaku untukmu hanya dua: semoga kamu tidak lelet lagi, dan semoga lalu lintasmu lebih rapi dan lebih tertib seperti Surabaya.
Amin..
Antri. Masalah satu ini bisa dibilang cukup emosional buat saya. Butuh perjuangan, melatih kesabaran dan melatih emosi. Dan bicara soal antri, ini juga salah satu problem di Indonesia. Tau sendiri lah, masih banyak orang yang masih ogah ngantri. Main sela sana-sini, dan nggak mau peduli sama orang yang sudah berdiri untuk antri jauh sebelumnya.
Beberapa hari lalu saya mengalami satu hal yang berkaitan soal antri-mengantri yang cukup bikin saya naik pitam. Kesel sampe ubun-ubun. Jadi, sepulang kuliah sekitar jam setengah satu siang, saya pergi ke pom bensin di daeran Babarsari. Matahari cukup terik, dan antrian di bagian sepeda motor cukup panjang. Saya ada di antrian tersebut. Setelah penantian panjang selama 5 menit (gimana nggak panjang, panasnya naujubile), akhirnya giliran saya hampir sampai. Tinggal menunggu 2 motor di depan saya selesai diisi tangki bensinnya. Tapi tiba-tiba, sret! Datang tiga ekor motor langsung menyela antrian, berusaha mengambil tempat di depan saya. Saya kesel bukan main.
Belum sempat saya protes, mendadak dua laki-laki di belakang saya memprotes orang-ogah-antri tersebut, "Mas, tolong antri ya, Mas. Antrinya dari belakang sana. kasian yang udah ngantri dari tadi panas-panas." Teguran biasa. Tidak ada kata kasar, tidak dengan nada membentak. Dua dari tiga motor yang tadi menyela antrian tadi dengan sukarela berbalik dan mulai mengantri di belakang. Tapi masih ada satu motor yang kekeuh. Ngeyel.
Orang di belakang saya kembali menegur untuk antri. Tapi si orang-ogah-antri ini malah menjawab, "sudah antri kok tadi!" Ya ampuuun, jawaban bodoh. Saya akhirnya buka mulut, "Antrinya di mana, Mas? Tetep aja posisinya di belakang saya sama mas-mas ini kan? Antrinya dari ujung sana tu, Mas. Bukan dari sini." Dua laki-laki di belakang saya mendukung saya. Hampir berbarengan mereka meminta si orang-ogah-antri itu untuk kembali ke barisan antrian di belakang sana.
Apa yang terjadi selanjutnya bener-bener bikin saya pengen ketawa keras-keras, pengen marah sejadi-jadinya. Walaupun ditegur secara baik-baik, tidak dengan kata-kata kasar, nada ancaman, ataupun kemarahan, si orang-ogah-antri itu marah. Dia malah keluar dari antrian. Sambil meninggalkan pom bensin, motornya di bleyer (saya bingung menulis bleyer dalam Bahasa Indonesia. Tau kan, motor di-gas sekencang mungkin sampai bunyinya kemana-kemana)keras-keras, berkali-kali, memasang ekspresi marah, dan jari tengahnya teracung ke arah saya dan dua laki-laki di belakang sayayang tadi berusaha menegur. Saat itu saya yakin kalau orang-ogah-antri yang sepertinya mahasiswa itu tidak berotak, bermental cemen, dan butuh pelatihan khusus tentang antri selama 40 hari 40 malam.
Bener-bener nggak ngerti lah sama orang model begini. Dan kejadian-kejadian macam begini sudah sering sekali saya liat. Apa sih susahnya antri??
Tanggal ajaib di tahun 2010 alias 10 Oktober 2010 (10-10-10) sudah berlalu. So, apa sebenernya yang bikin tanggal itu spesial selain mendadak banyak acara pesta pernikahan dan banyak bayi lahir? Menurut saya sih nggak ada. Angka 10-10-10 nggak lebih dari deretan angka cantik yang enak dibaca dan gampang diingat.
Saya nggak menyangkal, ini tanggal emang bagus banget buat mengabadikan momen-momen penting. Pernikahan, kelahiran, atau jadian misalnya. Kan jadi lebih gampang diingat. Dulu salah seorang temen saya jadian di tanggal 3 Maret 2003 (03-03-03) dan walaupun sudah berlalu 7 tahun lebih, buktinya saya yang nggak ikut bagian dalam acara jadian masih ingat sampai sekarang. Trus salah seorang adik kelas saya lahir tanggal 8 Agustus 1988 (08-08-88) dan denger2 sih ibunya ngelahirin normal. Jos! Dan tiap tanggal 8 Agustus,walaupun saya nggak kontak secara intens, saya tetap ingat kalo adik kelas saya itu ulang tahun.
Mungkin emang bener ya, keindahan sering menimbulkan kesinisan disamping decak kagum. Cewek cantik misalnya. Dibalik sanjungan “ih, cantik bgt tu cewek!” atau “andai gue jadi cowoknya..” atau “badannya bagus!”, “kulitnya mulus!” dan sanjungan lain, kadang muncul juga sanjungan-sanjungan pendamping kayak “ah, pasti matre” atau “jangan-jangan cewek bispak?”. Hehehe.. payah banget emang pemikiran kebanyakan orang. Masih susah liat orang lain lebih baik daripada dia. Nah, yang saya lihat tentang tanggal cantik 10-10-10 ini juga gitu. Banyak komentar bermunculan di twitter. Temen-temen saya sih banyak yang menyanjung. Termasuk mengungkapkan keinginan mereka buat nikah tanggal 11-11-11 atau 12-12-12 dan serangkaian tanggal-tanggal cantik lainnya. Tapi nggak sedikit juga yang menghujat. Ada yang nulis kalo nikah di tanggal cantik itu ga ngefek ke langgeng-enggaknya rumah tangga. Ada juga yang nulis klo tanggal cantik malah bikin macet gara-gara dimana-mana ada hajatan. Yang kelabakan itu para penghulu, Karena menurut yang saya baca, para penghulu bener-bener kebanjiran order di tanggal ini. Dan banyak juga berita yang menyebutkan banyak bayi lahir. Kalo yang lahirnya normal alias emang udah waktunya lahir sih sah-sah aja. Tapi kalo yang lahirnya ‘dipaksain’ kan kasian bayinya. Cuma gara2 orang tuanya nguber tanggal cantik, anaknya dikeluarin paksa.
Biarlah suara-suara itu bermunculan. Positif, negatif, senang, benci, mendukung, mencibir, biarin aja. Kalau memang di tanggal itu banyak orang yang berbahagia karena melangkah ke kehidupan baru, rejeki yang bertambah, atau lahir anggota keluarga baru, akan lebih baik kalau kita ikut bahagia juga. Siapa tau ketularan bahagia di tanggal cantik walaupun Cuma kebahagian kecil..
Good Bye 10-10-10 !! Now we're waiting for 11-11-11 !!
Ternyata, menghapus sebuah atau bahkan dua buah tulisan didalam blog cukup berat ya..? Cukup aneh juga buat saya. Ibarat kita menulis di buku diary, tapi karena suatu hal, beberapa lembar kertas akhirnya disobek.
Saya baru saja melakukan itu. Menghapus dua buah tulisan di dalam blog saya ini. Tulisan yang cukup emosional, bahkan sampai mengundang huru-hara di akun Facebook saya :D hahaha.. (yang di facebook sudah saya hapus duluan).
Kenapa saya hapus? Jawaban yang paling tepat: "ya sudahlah.." Toh, yang saya tulis kemarin adalah satu hal paling pahit dalam hidup saya. Hal pahit yang perlahan terselesaikan, dan sedang berangsur-angsur memanis. Lagipula buat apa yang pahit saya ingat-ingat terus. Bikin capek aja..
Anyway, Selamat Idul Fitri semuanya.
Emang telat banget sih. Sebenernya juga saya punya satu tulisan tentang Idul Fitri. Tapi berhubung kemarin-kemarin agak jarang bersentuhan dengan internet, maka saya memutuskan untuk tidak diposting. Udah basi banget..! Taun depan aja ya.. Insya Allah kalau saya ketemu lagi sama Idul Fitri. :)
Baru beberapa hari yang lalu saya membuat sebuah teori. Tentang bagaimana dua orang berbeda yang pernah bersatu, kemudian terpisah, bertemu kembali, saling menyukai (kembali), dan pada akhirnya bersatu (kembali). Tentang bagaimana proses tersebut saya analogikan dengan rumput, batu, dan aspal.
Memang bukan sebuah analogi yang indah, mengingat saya sedang menggambarkan dua orang yang saling jatuh cinta. Saya sendiri menyadari itu. Tapi bila saya cerna kembali, terutama saat saya sedang sendiri, sungguh tiga benda tersebut dapat menggambarkan sebuah proses yang luar biasa dahsyat dan indah. Tapi ironisnya, tiga benda tersebut sekaligus dapat membuat hati saya tersayat. Sakit, perih, sesak.
Ini semua tentang bagaimana dua orang saling jatuh cinta, namun terpisahkan oleh sebuah jalan setapak tertutup rumput tinggi dan tebal. Satu orang berdiri risau di ujung jalan, dan satu orang lagi menunggu gelisah di ujung lain jalan tersebut. Ingin mereka bertemu. Berpelukan dan saling meluapkan cinta. Apa daya, rumput terlalu tinggi.
Ini semua tentang bagaimana dua orang saling jatuh cinta, namun terpisahkan oleh sebuah jalan setapak tertutup rumput tingi dan tebal. Kekuatan cinta membuat mereka mencari jalan agar bisa saling bertemu. Tanpa kenal lelah, rumput mereka cabuti perlahan. Satu persatu sampai bersih. Rumput hilang, menyisakan tanah basah.
Ini semua tentang bagaimana dua orang saling jatuh cinta, namun terpisahkan oleh sebuah jalan setapak yang tak lagi tertutup rumput tinggi dan tebal, namun penuh tanah basah yang akan mengotori langkah mereka saat bertemu.Kekuatan cinta membuat mereka berusaha. Tanpa kenal lelah, satu persatu mereka letakkan batu-batu kecil sampai tanah basah tertutup. Tanah basah hilang, menyisakan hamparan batu.
Ini semua tentang bagaimana dua orang saling jatuh cinta, namun terpisahkan oleh sebuah jalan setapak yang tak lagi tertutup rumput tinggi dan tebal, ataupun tanah basah. Namun di hadapan mereka kini terhampar batu-batu kecil yang akan melukai kaki mereka saat melewatinya. Kekuatan cinta membuat mereka mau bekerja keras. Tanpa kenal lelah, mereka tutup hamparan batu dengan aspal. Hamparan batu hilang, menyisakan jalan setapak yang kini mulus.
Tak ada lagi rumput penghalang. Jalan mereka kini terbuka. Tak ada lagi tanah basah yang akan mengotori langkah mereka. Jalan mereka kini indah. Tak ada lagi hamparan batu yang akan menyakiti. jalan mereka kini membahagiakan.
Sampai disini saya sempat terdiam. Saya sempat memandangi telepon genggam saya selama beberapa saat, menggerakkan jari-jari saya di atas tombol-tombol yang ada.
Bahkan telepon genggam pun membuat saya terdiam. jari-jari membawa saya memandangi dua buah foto secara bergantian dalam waktu yang cukup lama. Memandangi foto yang bahkan tak ada sosok saya di dalamnya.
Kenapa saya masih menyimpannnya?
Saya tidak tahu..
Apakah rumput sudah tercabut habis?
Saya tidak tahu..
Apakah batu-batu sudah diletakkan?
Saya tidak tahu..
Apakah jalan sudah diaspal?
Saya tidak tahu..
Saat ini saya hanya berharap tiba-tiba muncul sebuah gunung es menjulang tinggi di tengah-tengah jalan mereka. Dingin, sulit didaki, dan tak bisa diluluhlantakkan..
Ada yang bilang saya terlambat, ada yang bilang saya hanya ikut-ikutan. Terlambat mungkin iya, tapi kalau dibilang ikut-ikutan, saya nggak setuju dong..!
Saya memang suka menulis. Banyak notes di handphone saya, dan ada ketikan berlembar-lembar dalam laptop saya (yang serkarang sedang rusak dan tak tau nasibnya bagaimana). Hanya saja bagi saya pribadi, membuat account blog semacam ini perlu beberapa pertimbangan. Alasan pertama: saya tidak mau hanya asal daftar, post blog sekali-lima kali, kemudian hilang, dan account ini terlantarkan. Yang saya mau, saya mendaftar, account ini terpelihara dengan baik, dan berjalan konsisten. Dan yang seperti itu rasanya baru bisa terlaksana di saat sekarang ini. Alasan kedua: kemarin-kemarin saya masih ragu untuk mempublikasikan tulisan saya yang masih dalam level belajar itu. Hehe..
Tapi sekarang saya sudah siap. Izinkan saya ikut berbagi tentang apa yang saya lihat, dengar, rasakan di kehidupan saya dalam Cerita Dia.